BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Masa Nifas
1.
Pengertian
Masa Nifas
a. Masa
nifas atau puerperium dimulai sejak 1
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Sarwono 2010;356).
b. Periode
pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil (Varney dkk, 2007).
c. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.
( Maternal Dan Neonatal, 2002).
d. Masa puerperium normal adalah waktu yang diperlukan agar organ
genetalia interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan fungsional yaitu
sekitar 6 minggu. ( I.B.G Manuaba dkk, 2007).
e. Masa
nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
2.
Tujuan
Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan
masa nifas kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Mendeteksi
masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan
manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari – hari.
d. Memberikan
pelayanan KB. (Saleha, 2009)
3. Tahapan
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah
sebagai berikut :
a. Periode
immediate postpartum
Masa
segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode
early postpartum (24 jam – 1 minggu)
Pada
fase ini bidan memastikan involusi dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyususi dengan baik.
c. Periode
late postpartum (1 minggu – 5 minggu)
Pada
perode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling KB. (Saleha 2009;5-6)
4. Perubahan Fisiologi
a. Sistem
reproduksi
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna
kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk mengatasi dan memahami
perubahan-perubahan seperti :
1)
Involusi
uterus
Involusi uterus
atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil. Proses involusi uterus
adalah sebagai berikut:
a) Iskemia miometrium.
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemia dan
menyebabkan serat otot atrofi.
b) Atrofi
jaringan. Atrofi jaringan terjadi
sebagai reaksi penghentian hormon estrogen
saat plasenta.
c) Autolysis
merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam uterus.
d) Efek
oksitosin. Perubahan-perubahan normal pada uterus selam post partum adalah
sebagi berikut :
Tabel
2.1 Proses Involusio
Involusi uteri
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Diameter uterus
|
Plasenta lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
12,5 cm
|
7 hari (minggu
pertama)
|
Pertengahan pusat
dan simpisis
|
500 gram
|
7,5 cm
|
14 hari (minggu 2)
|
Tidak teraba
|
350 gram
|
5 cm
|
6 minggu
|
Normal
|
60 gram
|
2,5 cm
|
Sumber
: Damai Y 2014
; 11.
Involusi
uteri dari luar dapat diamati dengan memeriksa fundus uteri dengan cara (Eny RA 2010 ;
77)
a. Segera
setelah persalinan, tinggi fundus uteri
2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun
kira-kira 1 cm setiap hari.
b. Pada
hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus
uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke tiga sampai hari ke empat tinggi
fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke lima sampai hari ke tujuh tinggi fundus uteri setengah pusat simfisis. Pada hari ke sepuluh tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus
tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi.
Subinvolusi dapat disebabkan oleh
infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta / perdarahan lanjut (post partum haemorrahge) (Eny RA 2010 ;
77)
2) Perubahan
ligamen
Setelah
bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis
fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti
sediakala (Damai
Y 2014 ; 57)
3) Perubahan
pada serviks
Segera
setelah melahirkan, serviks menjadi
lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi (Damai Y 2014 ;57).
4) Lochia
Akibat
involusi uteri, lapisan luar decidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan
lochia. Pengeluaran lochia dapat dibagi menjadi lochia rubra, sanguilenta, serosa
dan alba. Perbedaan
masing-masing lochia dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.2 Perbedaan masing – masing lochea
Lochia
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri-ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
|
Sanguilenta
|
3-7 hari
|
Putih bercampur
merah
|
Sisa darah
bercampur lendir.
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan /
kecoklatan
|
Lebih sedikit darah
dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi plasenta.
|
Alba
|
>14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput lendir, serviks dan serabut jaringan mati.
|
Sumber
: Damai Y 2014
; 57-58.
5) Perubahan
vulva, vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva dan
vagina mengalami penekanan serta peregangan. Setelah beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor (Damai Y 2014 ; 58-59).
6) Payudara
(mammae)
Payudara
atau mammae adalah kelenjar yang
terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri dari korpus (badan), areola
dan papilla atau puting. Fungsi dari
payudara adalah memproduksi susu (ASI) sebagai nutrisi bagi bayi. Sejak
kehamilan trimester pertama kelenjar mammae
sudah dipersiapkan untuk menghadapi masa laktasi. (Dewi M 2012 ; 21-22)
Pemberian
ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, termasuk air, sampai bayi berumur 6 bulan. Alasan ASI diberikan
ASI sampai 6 bulan yaitu komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan, bayi saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya sudah matur,
jaringan usus bayi sehingga kemungkinan kuman/protein dapat langsung masuk
sistem peredaran darah yang menimbulkan alergi, pori – pori tersebut tertutup
saat bayi berumur 6 bulan.
Berkaitan
dengan ASI, bidan memiliki tugas utama diantaranya seperti memberdayakan
perawatan payudara, cara menyusui, merawat tali pusat dan memandikan bayi.
Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat payudara dan
perawatan tersebut dan dapat dilakukan oleh ibu sendiri. Ibu dapat melakukan
perawatan payudara selama menyusui dengan cara sebagai berikut :
a)
Ibu dapat mengatur ulang posisi
menyusui jika mengalami kesulitan.
b)
Untuk mencagah lecat dan
retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum memakai pakaian.
c)
Jika ibu mengalami
mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI.
Teknik menyusui juga penting karena
keberhasilan pemberian ASI juga tergantung cara menyusuinya. Jika ibu menyusui
posisi yang benar dengan cara bayi menghadap ke perut ibu, telinga bayi berada
satu garis denan lengan, menyentuh bibir bayi dengan tangan/puting, agar mulut
bayi terbuka, arahkan mulut bayi ke puting, masukkan puting ke mulut
bayi.
b. Sistem
pencernaan
Ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak
pada saat proses melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada
1-3 hari pertama postpartum. Hal ini
disebabkan terjadinya perubahan tonus
otot selama proses persalinan (
Damai Y 2014:
59-60).
c. Sistem
perkemihan
Setelah
proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil
dalam 24 jam pertama. Urine dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum (Ari S 2009 ;78-79).
d. Sistem
muskuloskletal
Otot-otot
uterus berkontraksi segera setelah
partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan (Dewi
M 2012 ;29-30).
e. Sistem endokrin
Selama
proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin.
Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut adalah
1) Hormon
plasenta (Ary S 2009 ; 80)
Hormon plasenta menurun dengan
cepat setelah persalinan, HCG (human
chorionic gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap.
2) Hormon
pituitary (Damai Y 2014 ; 66).
Hormon pituitary antara lain hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin
darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyususi menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ketiga dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
3)
Hipotalamik pituitary ovarium .
(Eny A 2010 ;83-84)
Untuk wanita yang menyusui
dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi.
4) Hormon
oksitosin (Damai Y 2014
; 67)
Hormon oksitosin disekresikan
dari kelenjar otak bahian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga meencegah perdarahan.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
5) Hormon
estrogen dan progesterone (Damai Y 2014;67)
Volume darah normal selama
kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen
yang tinggi akan memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan
volume darah. Sedangkan hormon progesterone mempengaruhi otot halus yang yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva
serta vagina.
f. Tanda-tanda
vital (Dewi M 2012 ;24)
Tanda- tanda vital merupakan
tanda-tanda penting pada tubuh yang dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan
atau masalah. Tanda-tanda vital yang berubah selama masa nifas adalah
1) Suhu
badan ( Eny R 2010; 84)
24 jam post partum suhu badan
akan naik sedikit (37,5 – 38 ˚ C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. (Eny R 2010 ; 84)
2) Nadi
( Eny R 2010; 85)
Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin
disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post
partum yag tertunda.
3) Tekanan
darah
Tekanan darah manusia normal
adalah sistolik antara 90-120 mmHg
dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah (Damai Y 2014 ; 68).
4) Pernapasan
Frekuensi pernafasan normal
berkisar antara 18- 24 kali permenit.
Keadaan pernapasan biasaya berhubungan dengan suhu dan nadi (Dewi M 2012 ; 25)
g. Sistem
kardiovaskuler
Perubahan hormone selama hamil dapat
menyebabkan terjadinya hemodilusi
sehingga kadar hemoglobin (Hb) wanita
hamil biasanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan wanita tidak hamil.
Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah tersebut akan terputus
sehingga volume darah ibu relativ akan meningkat. Biasanya ini terjadi sekitar
1- 2 minggu setelah melahirkan (Dewi M 2012 ; 26)
h. Sistem
hematologi
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah ( Ari S 2009 ; 82).
5.
Kebutuhan
dasar masa nifas
a. Nutrisi
dan cairan
Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat – zat yang berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan
untuk persiapan memenuhi produksi ASI, bervariasi dan seimbang, terpenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi vitamin dan mineral.
Nutrisi
yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan mengandung cukup kalori yang
berfungsi untuk proses metabolisme tubuh. Kebutuhan kalori wania dewasa yang
sehat dengan berat 47 kg diperkirakan 2.200 kalori/perhari. Ibu yang berada
dalam masa nifas dan menyusui membutuhkan
kalori yang sama dengan wanita
dewasa, ditanbah dengan 700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan ASI
eksklusif dan 500 kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.
Ibu
juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga kebutuhan hidrasi
sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet besi masih tetap diminum untuk mencegah
anemia, minimal sampai 40 hari post partum. Vitamin A (200.000 IU) dianjurkan
untuk mempercepat proses penyembuhan pasca salin dan mentransfer nutrisi ke
bayi melalui ASI.
b. Ambulasi
Mobilisasi
sebaiknya dilakukan secara bertahap. Diawali dengan gerakan miring ke kanan dan
kiri di atas tempat tidur. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung
pada ada tidaknya komplikasi persalinan, nifas dan status kesehatan ibu
sendiri. Tujuan dari ambulasi ini adalah untuk membantu menguatkan otot – otot
perut dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot
dasar panggul sehingga memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
c. Eliminasi
Memasuki
masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6 – 8 jam pertama. Pengeluaran
urin masih tetap dipantau dan diharapkan setiap kali berkemih urin masih tetap
dipantau dan diharapkan setiap kali berkemih urin yang keluar minimal sekitar
150 ml. Ibu nifas yang mengalami kesulitan dalam berkemih kemungkinan
disebabkan oleh menurunnya tonus otot kendung kemih, adanya edema akibat trauma
persalinan dan rasa takut timbulnya rasa nyeri setiap kali berkemih.
Kebutuhan
untuk defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ke tiga post
partum. Kebutuhan ini dapat terpenuhi bila ibu mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan mobilisasi dengan baik dan
benar.
d. Kebersihan
diri / perineum
Kebersihan
adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya debu, sampah, bau,
virus, bakteri patogen dan bahan kimia berbahaya. Kebersihan merupakan salah
satu tanda dari keadaan hygiene yang baik. Pada masa nifas yang berlangsung selama
lebih kurang 40 hari, kebersihan vagina perlu mendapat perhatian lebih. Vagina
merupakan bagian dari jalan lahir yang dilewati janin pada saat proses
persalinan. Kebersihan vagina yang tidak terjaga dengan baik pada masa nifas
dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada vagina itu sendiri yang dapat meluas
sampai ke rahim.
Beberapa alasan perlunya
meningkatkan kebersihan vagina masa nifas adalah :
1) Adanya
darah dan cairan yang keluar dari vagina selama msa nifas yang disebut lochea.
2) Secara
anatomis, letak vagina berdekatan dengan saluran buang air kecil ( meatus
eksternus uretrae) dan buang air besar ( anus ) yang setiap hari kita lakukan.
Kedua saluran tersebut merupakan saluran pembuangan ( muara eksreta) dan banyak
mengandung mikroorganisme patogen.
3) Adanya
luka / taruma di daerah perineum yang terjadi akibat proses persalinan dan bila
terkena kotoran dapat terinfeksi.
4) Vagina
merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki mikroorganisme yang dapat menjalar
ke rahim.
Untuk
menjaga kebersihan vagina pada masa nifas dapat dilakukan dengan cara.
1) Setiap
selesai BAK atau BAB siramlah mulut vagina dengan air bersih.
2) Bila
keadaan vagina terlalu kotor, cucilah dengan sabun atau cairan antiseptic yang
berfungsi untuk menghilangkan mikroorganisme yang terlanjur berkembangbiak di
darah tersebut.
3) Bila
keadaan luka perineum terlalu luas atau ibu dilakukan episiotomi, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan
antiseptik selama 10 menit setelah BAK atau BAB.
4) Mengganti
pembalut setiap selesai membersihkan vagina agar mikroorganisme yang ada pada
pembalut tersebut tidak ikut terbawa ke vagina yang baru dibersihkan.
5) Keringkan
vagina dengan tissue atau handuk lembut setiap kali ikut terbawa ke vagina yang
baru dibersihkan.
6) Bila
ibu membutuhkan salep antibiotik, dapat dioleskan sebelum memakai pembalut yang
baru.
e. Istirahat
Kebutuhan istirahat sangat
diperlukan ibu beberapa jam setelah melahirkan. Proses persalinan yang lama dan
melelahkan dapat membuat ibu frustasi bahkan depresi apabila kebutuhan
istirahatnya tidak terpenuhi. Bila ibu mengalami kesulitan untuk tidur pada
malam hari, satu atau dua pertama setelah melahirkan, dapat diberikan bantuan
obat tidur dengan mengkonsultasikannya terlebih dulu dengan dokter.
Secara teoritis, pola tidur akan
kembali mendekati normal dalam 2 sampai 3 minggu setelah persalinan.
Kebutuhan tidur rata – rata pada
orang dewasa sekitar 7 – 8 jam per 24 jam. Semakin bertambahnya usia, maka
kebutuhan tidur juga akan semakin berkurang. Pada ibu nifas, kurang istirahat
akan mengakibatkan :
1) Berkurangnya
produksi ASI.
2) Memperlambat
proses involusio uterus dan meningkatkan perdarahan.
3) Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f. Seksual
Masa nifas yang berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari merupakan masa pembersihan rahim. Sama hal nya seperti pada
saat menstruasi, darah nifas mengandung trombosit, sel – sel degeneratif, sel –
sel mati dam sisa sel – sel endometrium.
Ibu
yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu
persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu
semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas sectio cesarea ( SC ) biasanya telah
sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau
laserasi/robek pada jaringan, hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3 – 4
minggu setelah proses melahirkan. Pada prinsipnya, tidak ada masalah untuk
melakukan hubungan seksual setelah selesai masa nifas 40 hari. Homon prolaktin
tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual.
g.
Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu
sekurang – kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Biasanya wanita tidak
akan menghasilkan telur ( ovulasi ) sebelum ia mandapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid
pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini ialah
2 % kehamilan. Sebelum menggunakan metode KB, sebaiknya bidan menjelaskan
bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan keefektifannya, kekurangannya,
efek samping, bagaimana menggunakan metode KB, kapan metode tersebit dapat
mulai digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui.
h. Latihan
nifas
Senam nifas adalah nifas senam yang
dilakukan oleh ibu ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal ( pulih
kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi
tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Manfaat senam nifas antara lain :
1) Memperbaiki
sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan ( trombosis) pada pembuluh
darah terutama pembuluh tungkai.
2) Memperbaiki
sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan memulihkan dan menguatkan
otot – otot punggung.
3) Memperbaiki
tonus otot pelvis.
4) Memperbaiki
regangan otot tungaki bawah.
5) Memperbaiki
regangan otot abdomen setelah hamil dan melahirkan.
6) Meningkatkan
kesadaran untuk melakukan relaksasi otot – otot dasar panggul.
7) Mempercepat
terjadi proses involusio organ – organ reproduksi (
Dewi M 2012;47).
6.
Kebijakan
Program Nasional
Kebijakan
program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk:
a. Menilai
kondisi kesehatan ibu dan bayi
b. Melakukan
pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas
dan bayinya.
c. Mendeteksi
adanya komplikasi atau maslah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani
komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya.
Adapun yang di berikan sewaktu melakukan kunjungan
masa nifas, yaitu :
Tabel 2.3
Kunjungan Nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Asuhan
|
I
|
6 – 8 jam
post partum
|
Mencegah
perdarahan masa nifas oleh karena atonia
uteri.
|
Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan
berlanjut.
|
||
Memberikan
konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.
|
||
Pemberian
ASI awal.
|
||
Mengajarkan
cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
|
||
Menjaga
bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
|
||
Setelah
bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
|
||
II
|
6 hari post
partum
|
Memastikan
involusi uterus berjalan dengan normal, uterus
berkontraksi dengan baik, tinggi fundus
uteri dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
|
Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
|
||
Memastikan
ibu mendapat istirahat yang cukup.
|
||
Memastikan
ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
|
||
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
|
||
Memberikan
konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
|
||
III
|
2 minggu
post partum
|
Asuhan pada
2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari
post partum.
|
IV
|
6 minggu
post partum
|
Menanyakan
penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
|
Memberikan
konseling KB secara dini.
|
Sumber : Damai
Y 2014 ; 3.
B.
Konsep Dasar Tentang Seksio Sesarea
1.
Pengertian
Seksio Sesarea Menurut Para Ahli, yaitu :
a. Seksio
sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro dkk, 2010).
b. Seksio
sesarea adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus melalui
dinding uterus yang masih utuh ( intact). ( Maternal Dan Neonatal Sarwono, 2009).
2.
Indikasi
Seksio Sesarea
a. Indikasi
pada ibu :
1) Panggul
sempit absolut.
2) Tumor-tumor
jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
3) Stenosis
serviks / vagina.
4) Plesenta
previa.
5) Ruptura
uteri mengancam.
6) Preeklamsi
dan hipertensi.
7) Partus
lama
b. Indikasi
pada janin :
1) Kelaianan
letak.
2) Gawat
janin (Wiknjosastro
dkk, 2010).
3.
Jenis-Jenis
Operasi Seksio Sesarea
a. Abdomen
(Seksio Sesarea Abdominalis)
1) Seksio
sesarea transperitonealis
a) Seksio
sesarea klasik atau korporal dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm.
b) Seksio
sesarea ismika atau profunda dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf
pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
2) Seksio
sesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritonium perietalis, dengan demikian
tidak membuka kavum abdominal.
b. Vagina
(Seksio Sesarea Vaginalis)
Menurut arah sayatan pada
rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Sayatan
memanjang (longitudianl) menurut Kronig.
2) Sayatan
melintang (transversal) menurut Kerr.
3) Sayatan
huruf T (T-incision) (Mochtar,
1998).
4.
Komplikasi
Operasi Seksio Sesarea
a. Infeksi
puerperal (nifas)
1) Ringan,
dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang,
dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
3) Berat,
dengan peritonitis sepsis dan ileus paralitik.
Penanganganannya
adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika yang adekuat dan
tepat.
b. Perdarahan,
disebabkan karena :
1) Banyak
pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia
uteri.
3) Perdarahan
pada plecental bed.
c. Luka
kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi
terlalu tinggi.
5.
Kemungkinan ruptura uteri spontan
pada kehamilan mendatang (Mochtar, 1998).
6.
Nasihat
Pasca Operasi
a. Dianjurkan
jangan hamil selama lebih kurang satu tahun, dengan memakai kontrasepsi.
b. Kehamilan
berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
c. Dianjurkan
untuk bersalin dirumah sakit yang besar.
d. Apakah
persalinan yang berikut harus dengan seksio sesarea bergantung dari indikasi
seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya (Mochtar, 1998).
C.
Konsep
Dasar tentang Nyeri
1. Pengertian
Terdapat
beberapa defenisi nyeri diantaranya:
a. Association for the study of
pain menyatakan nyeri merupakan pengalaman
emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan
jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan.
b. Suatu
sensori yang tidak menyenangkan dari suatu pengalaman emosional yang disertai
kerusakan secara aktual / potensial (medical surgical nursing)
c. Suatu
perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus sfesifik mekanis,
kimia, elektrik pada ujung-ujung syaraf serta tidak dapat diserahterimakan
kepada orang lain
d.
Menurut The Taxonomi Commitee of the International Association For The Study of
pain (IASP):
1) Nyeri
sebagai suatu pengalaman sensori atau emosional yang tidak menyenangkan,
berkaitan dengan adanya atau potensial adanya lesi jaringan
2) Nyeri
dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai suatu yang kompleks, invidual, dan
fenomena multi faktor yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu psikologis,
biologis, sosiokultural dan ekonomis.
2. Klasifikasi
nyeri
Nyeri
umumnya dibagi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis ;
a. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak
melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
b. Nyeri
kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan
psikosomatik. Perbedaan nyeri akut dan kronis :
Tabel 2.4
Perbedaan Nyeri Akut Dan Kronis
Karakteristik
|
Nyeri akut
|
Nyeri
kronis
|
Pengalaman
|
Suatu kejadian
|
Suatu situasi,
suatu eksistensi
|
Sumber
|
Sebab eksternal
atau penyakit dari dalam
|
Tidak diketaui atau
pengobatan yang terlalu lama
|
Serangan
|
Mendadak
|
Bisa mendadak,
berkembang dan terselubung
|
Waktu
|
Sampai 6 bulan
|
Lebih dari 6 bulan
sampai bertahun-tahun
|
Pernyataan nyeri
|
Daerah nyeri tidak
diketahui dengan pasti
|
Daerah nyeri sulit
dibedakan intensitas sehinnga sulit dievaluasi (perubahan perasaan)
|
Gejala-gejala
klinis
|
Pola respon yang
khas dengan gejala yang lebih jelas
|
Pola respon yang bervariasi
sedikit gejala-gejala
|
Pola
|
Terbatas
|
Berlangsung terus
dapat bervariasi
|
Perjalanan
|
Biasanya berkurang
setelah beberapa saat
|
Penderitaan
meningkat setelah beberapa saat
|
Sumber
: Anik M 2010; 9.
3. Tindakan
untuk mengurangi nyeri
Beberapa
tindakan pemberian rasa nyama biasa digunakan dan dianjurkan oleh bidan atau
oleh non-profesional.
a. Air
hangat
Air secara
luas digunakan untuk tujuan terapeutik, dan mandi dengan air hangat secara
holistik sangat memberi kenyamanan, serta mengurangi nyeri perineum. Terdapat
beberapa bukti bahwa rendam duduk ( mandi yang hanya merendam pinggul dan
bokong). Berendam di dalam air hangat juga mengubah suhu luka.
b. Terapi
dingin
Kompres es
dan versi terapi dingin lainnya biasa digunakan untuk meredakan nyeri lokal.
Uji terbaru melaporkan bahwa kemasan gel dingin yang secra khusus dirancang
untuk digunakan pada perineum mungkin lebih bermanfaat daripada kompres es.
Penggunaan sesuatu yang dingin akan menyebabkan vasokonstriksi, mengurangi
edema dan juga mengurangi nyeri. Terapi dinnakagin harus digunakan dengan hati – hati, hanya dapat
dilakukan dalam interval waktu 24 – 48 jam.
c. Zat
herba
Berbagai zat
herba telah digunakan sebagai “kompres” perineum pada pembalut atau sebagai
tambahan mandi, tetapi tidak ada bukti yang jelas bahwa zat ini mengurangi
maupun memperbaiki penyembuhan. Namun, herba seperti daun comfrey, bunga levender dan calendula,
di buat dalam bentuk “teh” dan digunakan sebagai pembasuh perineum telah
dilaporkan efektif. Obat herba harus
harus diresepkan oleh ahli herba yang memenuhi syarat ( seorang anggota National Institute of Medical Herbalist),
dan bidan hanya boleh memberikan saran sesuai area kecakapan mereka.
d. Tidur
Nyeri
dapat dialihkan dengan tidur, yang juga memengaruhi penyembuhan, dan
penyembuhan yang lebih lambat tidak hanya memperpanjang nyeri tetapi juga
menyebabkan infeksi.
e. Kegel
( latihan dasar panggul)
Lakukan latihan
yang memperkuat otot-otot di dekat sayatan untuk membantu daerah itu cepat
sembuh. Caranya, kencangkan daerah seolah-olah sedang mencoba menahan pipis.
Tahan kontraksi selama 10 detik, lalu lepaskan. Ulangi 20 kali sehari. Latihan
ini dapat dilakukan kapan saja.
f. Analgesia
oral seperti parasetamol dapat diberikan setiap 4- 6 jam (janet M dkk 2012;
455)
D. Tinjauan umum tentang
standar Asuhan kebidanan
1. Pengertian
standar asuhan kebidanan
Standar asuhan kebidanan
adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
dan kiat kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan.
a.
Standar
I : Pengkajian
Bidan mengumpulkan semua
informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian :
1) Data
tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri
dari data subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan utama, riwayat obstetri,
riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).
3) Data
objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang.
b.
Standar
II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Bidan menganalisa data yang
diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakan diagnosa dan masalah kebidanan kebidanan yang tepat.
Kriteria perumusan diagnosa
dan atau masalah :
1) Diagnosa
sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2)
Masalah dirumuskan sesuai
dengan kondisi klien
3) Dapat
diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
c.
Standar
III : Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan
kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan :
1) Rencanakan
tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien; tindakan
segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
2) Melibatkan
klien/ pasien dan atau keluarga
3) Mempertimbangkan
kondisi psikologi, sosial budaya klien/ keluarga.
4) Memilih
tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence
based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.
5) Mempertimbangkan
kebijakan dan peraturan yang berlaku sumber daya serta fasilitas yang ada.
d.
Standar
IV : Implementasi
Bidan melaksanakan rencana
asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan
avidence based kepada klien/ pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria Implementasi :
1.) Memperhatikan
keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko sosial- spiritual-kultural.
2.) Setiap
tindakan asuahan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau keluarganya
(inform consent)
3.) Melaksanakan
tindakan asuhan berdasarkan evidece based
4.) Melibatkan
klien/ pasien dalam setiap tindakan
5.) Menjaga
pricacy klien/ pasien
6.) Melaksanakan
prinsip pencegahan infeksi
7.) Mengikuti
perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8.) Menggunakan
sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
9.) Melakukan
tindakan sesuai standar
10.)
Mencatat semua tindakan yang
telah dilakukan
e.
Standar
V : Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi
secara sitimatis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifandari asuhan yang
sudah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
Kriteria Evaluasi :
1) Penilaian
dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien.
2) Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasi pada klien dan keluarga
3) Evaluasi
dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil
evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/ pasien.
f.
Standar
VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
Bidan melakukan pencatatan
secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuahan kebidanan.
Kriteria pencatatan asuhan
kebidanan :
1) Pencatatan
dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam
medis/ KMS/ status pasien/ buku KIA).
2) Ditulis
dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S
adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O
adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A
adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
6.) P
adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi evaluasi/ follow up dan rujukan.
Pola
pikir dibuat dalam bentuk skema yang dikembangkan sesua dengan standar yang
berperan dalam asuhan kebidanan sebagai berikut.
Alur Pikir
PENDOKUMENTASIAN
PENATALAKSANAAN
Mencatat seluruh
perencanaan
|
STANDAR ASUHAN
|
ASUHAN KEBIDANAN TERSTANDAR
|
STANDAR I
Pengkajian data dasar
|
STANDAR II
Perumusan Diagnosa/ masalah Kebidanan
|
Objektif
Hasil pemeriksaan fisik, Laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang.
|
Subjektif
(Hasil Anamnese)
|
Analisis
Hasil Analisis (Diagnosa) & Masalah
kebidanan
|
STANDAR III
Perencanaan
|
STANDAR V
Evaluasi Asuhan
|
STANDAR IV
Implementasi/ Pelaksanaan Asuhan
|
-
Tindakan
Antisipatif
-
Tindakan
Segera
-
Tindakan
komprehensif
o Penyuluhan
o Dukungan
o kolaboratif
|
·
Evaluasi/
follow up
·
Rujukan
|
Sumber : KepMenkes No.
938/Menkes/SK/VIII/2007, tentang standar asuhan kebidanan.
E. Tinjauan Umum Tentang Peran
dan Fungsi Bidan
1. Peran Bidan
Peran merupakan tingkah
lakuyang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan
dalam suatu system. Dalam melaksanakan profesinya, bidan memiliki peran sebagai
pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti (Rury, 2012).
a.Peran sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan
mempunyai 3 kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan/merujuk.
1) Tugas
Mandiri
Tugas-tugas mandiri bidan,
yaitu:
a) Menetapkan
manejemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
b) Memberi
pelayanan dasar pra nikah pada anak remaja dan melibatkan mereka sebagai klien.
c) Member
asuhan kepada klien selama kehamilan normal.
d) Memberikan
asuhan kebidanan kepada klien yang berada dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien atau keluarga.
e) Memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberikan
asuhan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau keluarga.
g) Memberikan
asuhan kebidanan pada perempuan usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana.
h) Memberikan
asuhan kebidanan pada perempuan dengan gangguan system reproduksi dan perempuan
dalam masa klimakterium serta menepouse.
i) Memberikan
asuhan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga.
2) Tugas
kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi
(kerjasama) bidan, yaitu:
a) Menerapkan
manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.
b) Member
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c) Memberikan asuhan kebidanan pada
ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan
yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberikan
asuhan kebidnan ada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi, serta
pertolongan pertama dengan dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
e) Memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan, yang memerlukan tindakan kolaborasi
bersama klien dan keluarga.
f) Memberikan
asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga.
3) Tugas
ketergantungan / merujuk
a) Menerapkan
manejemen kebidanan, pada setiap asuhan kebidanan sesuia dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
b) Memberikan
asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan
risiko tinggi serta kegawatdaruratan.
c) Memberikan
asuhan kebidanan melalui kosultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu, dengan melibatkan klien dan keluarga.
d) Memberikan
asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
kleuarga.
e) Memberi
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan ang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan
keluarga.
f) Memberikan
asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan serta rujukan dengan melibatka
klien/keluarga.
1.) Peran
sebagai pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas,
yaitu:
a.) Mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan
Bidan bertugas untuk
mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama kesehatan untuk individu,
keluarga kelompok khusus, dan masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan
masyrakat/klien.
b.) Berpartisipasi
dalam tim
Bidan berpartisipasi dalam
tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sector lain diwilayah kerjanya
melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
2.) Peran
sebagai pendidik
a.) Memberi
pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien.
b.) Melatih
dan membimbing kader.
3.) Peran
sebagai peneliti
Bidan melakukan investigasi
atau penelitian terapan dalam bidang terapan baik secara mandiri maupun
berkelompok.
a.) Mengidentifikasi
kebutuhan ivestigasi yang akan dilakukan
b.) Menyusun
rencana kerjapelatihan
c.) Melaksanakan
investigasi sesuai dengan rencana
d.) Mengolah
dan menginterpretasikan data hasil investigasi
e.) Menyusun
hasil laporan investigasi dan tindak lanjut
f.) Memanfaatkan
laporan investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau
pelayanan kesehatan.
2. Fungsi
Bidan
Fungsi bidan merupakan
pekerjaan yang harus dilakukan sesuia dengan perannya. Berdasarkan perannya
seperti yang dikemukakan diatas maka fungsi bidan adalah :
a. Fungsi
pelaksana
b. Fungsi
pengelola
c. Fungsi
pendidik
d. Fungsi
peneliti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar