Rabu, 11 Juni 2014



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Menurut WHO pada tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran, sedangkan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia ( SDKI ) tahun 2007, banyaknya AKI berjumlah 228 orang dari 100.000 kelahiran dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. 
 Who Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa rata-rata bedah sectio caesarea ada di antara 10% dan 15% dari seluruh kelahiran di negara-negara berkembang. (http://dc372.4shared.com/doc/x-jweDfl/preview.html)

Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara Negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Depkes tahun 2008 jika dibandingkan AKI Singapura adalah 6/100.000 kelahiran hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah mencapai 160/100.000 kelahiran hidup, Filipina 112/100.000 kelahiran hidup, Brunei 33/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup.
Menurut depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama  5 % dan abortus 5%. (http://midwifecare.wordpress.com/2012/02/21/sekitar-20-30/, diakses tanggal 12 Mei 2014). 
Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Makassar, jumlah ibu yang bersalin melalui operasi Seksio Sesarea periode Januari-Desember 2013 sebanyak 1201 orang dengan indikasi partus lama sebanyak 73 orang.
Distosia atau persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit (Wiknjosastro dkk, 2010). Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvic, maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria dan bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips; sebaiknya partus diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetric lainnya(ekstraksi vakum, forcep atau seksio sesaria). (Wiknjosastro,H. 2010).
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro dkk, 2010).
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono 2010;356)
            Nyeri  merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan. Nyeri terjadi akibat terputusnya pembuluh – pembuluh darah. (Anik M 2010 ; 5-6)
                  Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk menilai kesehatan ibu dan bayi, mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi, deteksi dini komplikasi masa nifas, penanganan komplikasi. ( Damai Y 2014; hal 3)
            Menteri kesehatan mengatakan guna menurunkan (AKI) menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 Departemen Kesehatan telah menyiapkan 4 strategi pokok. Pergerakan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, mendekatkan akses keluarga miskin yang rentan terhadap layanan kesehatan berkualitas, meningkatkan surveilans dan meningkatkan pembedayaan kesehatan.
                  Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik akan membahas secara spesifik mengenai masalah ini dengan menggunakan metode pendekatan asuhan kebidanan dengan judul Asuhan Kebidanan Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi  Di RSKD. IA Pertiwi Makassar tgl 13 Mei  2014.

B.   Ruang Lingkup pembahasan
Adapun ruang lingkup penulisan Karya Tulis llmiah meliputi : Asuhan Kebidanan Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi  Di RSKD. IA Pertiwi Makassar.

C.   Tujuan Penulisan
1.    Tujuan umum
            Dapat menerapkan Asuhan Kebidanan Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi  Di RSKD. IA Pertiwi Makassar sesuai dengan kompetensi dan wewenang bidan.
2.    Tujuan Khusus
a)    Melaksanakan pengkajian dan analisa data dasar pada  pada Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi .
b)    Merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan  pada Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi.
c)    Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi .
d)    Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan  pada Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi.
e)     Mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi .
f)     Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ny “A” Post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi.

D.   Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1.    Manfaat praktis
            Sebagai salah satu sumber informasi bagi tenaga kesehatan khususnya di RSKDIA Pertiwi Makassar dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus nyeri perineum.
2.    Manfaat bagi penulis
            Sebagai tambahan pengalaman yang berharga bagi penulis untuk memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan kasus nyeri luka bekas operasi.

E.   Metode penulisan
                Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1.    Studi kepustakaan
            Penulis mengumpulkan dan mempelajari  buku-buku / literatur  - literatur yang berhubungan dengan masa nifas dan nyeri luka bekas operasi.
2.    Studi kasus
            Studi kasus ini menggunakan pendekatan manajemen kebidanan/pemecahan masalah asuhan kebidanan meliputi pengkajian dan analisa data, merumuskan diagnose actual dan potensial, tindakan segera dan kolaborasi, menyusun rencana tindakan implementasi dan evaluasi. Dalam pengumpulan data digunakan teknik antara lain:
a.    Anamnese
Dimana penulis melakukan Tanya jawab langsung pada klien, keluarga klien, bidan serta dokter yang menangani kasus Ny “ A ”.
b.    Observasi
Dimana penulis melakukan pengamatan langsung keadaan pasien.
c.    Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan laboratorium dimulai dari kepala hingga kaki.
3.    Studi dokumentasi
            Dilakukan dengan mempelajari status klien, baik yang bersumber dari catatan dokter atau bidan maupun dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik lain yang berkaitan dengan masalah klien.
4.    Diskusi
            Dilakukan dengan Tanya jawab antara bidan yang menangani langsung masalah klien serta dengan pembimbing karya tulis.

Tidak ada komentar: