Rabu, 11 Juni 2014



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis mempelajari teori konsep dan prinsip-prinsip asuhan masa nifas dan pengalaman langsung dari lahan praktek melalui studi kasus tentang asuhan kebidanan pada Ny."A" post SC hari kedua dengan nyeri luka operasi di RSKDIA Pertiwi Makassar, maka disusun kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A.   Kesimpulan
a.    Berdasarkan data subjektif pada kasus Ny “A” yaitu nyeri luka operasi maka dapat ditegakkan diagnosa post SC hari kedua  dengan nyeri luka bekas operasi.
b.    Setelah dilakukan pengkajian mulai hari pertama sampai hari ketiga postpartum berlangsung normal, pasien mampu beradaptasi dengan nyeri, tidak terjadi infeksi, dan pada hari ketiga pasien sudah boleh pulang ke rumah.
c.    Pada pelaksanaan asuhan kebidanan yang dimulai dengan pengkajian sampai dengan evaluasi tidak ditemukan adanya hambatan karena adanya kerjasama antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana dengan baik.
d.    Pendokumentasian sangat penting dilaksanakan pada setiap tahap dari proses manajemen kebidanan karena hal ini merupakan bukti pertanggungjawaban bidan terhadap asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap klien.
B.   Saran
1.    Tetap menjaga kebersihan diri dan mampu beradaptasi dengan nyeri.
2.    Pasien tetap melakukan perawatan nifas sehari – hari di rumah agar tidak terjadi komplikasi nifas.
3.    Dalam melaksanakan tugas sebagai bidan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara petugas kesehatan yang lain, pasein dan keluarga demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan klien. 
4.    Setiap tindakan sekiranya dilakukan pencatatan karena pencatatan merupakan bukti fisik dalam melakukan tindakan.














BAB IV
PEMBAHASAN
            Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dengan studi kasus pada proses pelaksanaan asuhan kebidanan Ny.”A” post seksio sesarea dengan nyeri luka bekas operasi di RSKDIA Pertiwi Makassar.
Pembahasan ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka dan asuhan nyata dengan pendekatan proses asuhan kebidanan yang dibagi lima langkah yaitu :
A.   Pengkajian
   Dalam tinjauan pustaka dibahas bahwa trauma perineum adalah luka pada perineum yang sering terjadi pada saat proses persalinan. Association for the study of pain menyatakan nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan.
               Hasil anamnese Ny “ A “ data yang didapatkan yaitu ibu mengeluh nyeri pada daerah perut. Pada pemeriksaan fisik terdapat verban pada perut.
               Berdasarkan uraian di atas gejala dan keluhan antara teori dan kasus sama. Penulis tidak mendapatkan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik dari pihak pasien, keluarga, bidan bersedia untuk memberikan informasi ataupun data yang diperlukan yang ada hubungannya dengan kondisi pasien.
B.   Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
         Dari hasil pengkajian ditemukan data fokus yaitu ibu melahirkan tanggal 11mei 2014 pukul 22.00 wita, melahirkan melalui Sectio sesaria. Nyeri dirasakan setelah opersai.
         Berdasarkan data tersebut maka dapat ditegakkan diagnosa post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi dan berpotensial terjadi infeksi.
1.    Nifas hari kedua
            Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono 2010 ;356). 

2.    Nyeri luka bekas operasi
Adanya  luka pada perut tentu saja dapat menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa hari setelah operasi. Suatu sensori yang tidak menyenangkan dari suatu pengalaman emosional yang disertai kerusakan secara aktual / potensial (medical surgical nursing)
C.   Rencana asuhan
               Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, melibatkan klien dan atau keluarga, mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga, memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan untuk klien, mempertimbangkan kebijakan yang berlaku sumber daya serta fasilitas yang ada.
               Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan penanganan antara teori dan rencana asuhan yang diberikan pada Ny “A”. Berikut adalah rencana asuhan pada Ny “A” ;
a.    Observasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran lochea, dan keadaan luka jahitan pada perineum setiap 8 jam.
1)    Tanda- tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau masalah.
2)    Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Idealnya TFU dan kontaksi uterus diperiksa setiap hari.
3)    Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6 – 8 jam pertama. Pengeluaran sangat mempengaruhi proses involusio dan kontraksi uterus.
4)    Akibat involusi uteri, lapisan luar decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochia. Pengeluaran lochia dapat dibagi menjadi lochia rubra, sanguilenta, serosa  dan alba.
b.    Jelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan. 
         Nyeri terjadi akibat adanya luka pada perut yang terjadi saat operasi.
c.    Anjurkan pada  ibu untuk melakukan mobilisasi dini.
         Tujuan dari ambulasi ini adalah untuk membantu menguatkan otot – otot perut dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh. 
d.    Anjurkan pada ibu istirahat cukup.
         Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusio uteri, menyebabkan depresi dan tidakkemampuan merawat bayi dan dirinya sendiri.
e.    Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut sesering mungkin.
         Mengganti pembalut setiap selesai membersihkan vagina agar mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak ikut terbawa ke vagina yang baru dibersihkan.

f.     Lakukan dan ajarkan ibu cara perawatan payudara.
         Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat payudara dan perawatan tersebut dan dapat dilakukan oleh ibu sendiri. Ibu dapat melakukan perawatan payudara selama menyusui dengan cara sebagai berikut :
a)    Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan.
b)    Untuk mencagah lecat dan retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum memakai pakaian.
c)    Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI.
g.    Ajarkan ibu teknik menyusui yang benar dan anjurkan untuk menyusui sesering mungkin.
         Teknik menyusui juga penting karena keberhasilan pemberian ASI juga tergantung cara menyusuinya. Jika ibu menyusui posisi yang benar dengan cara bayi menghadap ke perut ibu, telinga bayi berada satu garis denan lengan, menyentuh bibir bayi dengan tangan/puting, agar mulut bayi terbuka, arahkan mulut bayi ke puting, masukkan puting  ke mulut  bayi. Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
h.    Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
         Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, termasuk air, sampai bayi berumur 6 bulan. Alasan ASI diberikan ASI sampai 6 bulan yaitu komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan, bayi saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya sudah matur, jaringan usus bayi sehingga kemungkinan kuman/protein dapat langsung masuk sistem peredaran darah yang menimbulkan alergi, pori – pori tersebut tertutup saat bayi berumur 6 bulan.
i.      Penatalaksanaan pemberian obat.
         Analgesia oral seperti parasetamol dapat diberikan setiap 4- 6 jam (janet M dkk 2012; 455)
D.   Implementasi
               Pada tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “A” penulis melaksanakan sesuai rencana dan tidak menemukan permasalahn yang berarti, tindakan yang sudah berorientasi pada kebutuhan pasien sehingga sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini juga sangat ditunjang oleh penerimaan pasien yang sangat baik. Asuhan yang diberikan adalah :
a.    Mengobservasi  TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran lochea dan luka jahitan perineum.
        Pada kasus Ny “A” didapat data pada saat pemeriksaan yaitu Tekanan Darah  110/70 mmHg, Nadi : 82 x/menit ,   Pernapasan :20 x/menit, Suhu        : 37,2ÂșC, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus bulat dan keras, kandung kemih kosong ( BAK 1 kali) , pengeluaran lochea rubra, luka tertutup verban.
        Dalam tinjauan pustaka dibahas bahwa pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah, frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18- 24  kali permenit, denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat, 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 – 38 ˚ C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
        Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari. Pengeluaran lochea rubra berlangsung hingga hari ketiga masa nifas cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.
        Ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6 – 8 jam pertama. Pengeluaran sangat mempengaruhi proses involusio dan kontraksi uterus.
b.    Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan adalah hal fisiologis pada masa nifas dengan luka bekas opersi.
        Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan ibu mampu beradaptasi dengan nyeri.
c.  Menganjurkan  ibu melakukan mobilisasi dini.
        Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan mengenai mobilisasi ibu sudh mengerti dan berusaha melakukan aktivitas secara bertahap.
         Dalam tinjaun pustaka dibahas ambulasi bermanfaat untuk membantu menguatkan otot – otot perut dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh. 
d.  Menganjurkan ibu istirahat cukup.
        Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan mengenai istirahat ibu mengerti dan beristirahat jika bayi tidur dan tidak rewel.
        Dalam tinjauan pustaka dibahas bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal seperti mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusio uteri, menyebabkan depresi dan tidakkemampuan merawat bayi dan dirinya sendiri.
e.  Menganjurkan ibu mengganti pembalut setiap kali basah;  
           Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan mengenai kebersihan diri/perineum dan anjuran mengganti pembalut sesering mungkin ibu mengerti dan mau melakukan apa yang disarankan.
           Dalam tinjauan pustaka dibahas bahwa mengganti pembalut sesering mungkin agar mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak ikut terbawa ke vagina yang baru dibersihkan

f.     Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar dan menganjurkan untuk menyusui sesering mungkin.
         Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan mengenai teknik menyusui yang benar ibu mengerti dan sedikit mampu melakukan kembali.
         Dalam tinjauan pustaka dibahas bahwa teknik menyusui  penting karena keberhasilan pemberian ASI juga tergantung cara menyusuinya. Jika ibu menyusui posisi yang benar dengan cara bayi menghadap ke perut ibu, telinga bayi berada satu garis denan lengan, menyentuh bibir bayi dengan tangan/puting, agar mulut bayi terbuka, arahkan mulut bayi ke puting, masukkan puting  ke mulut  bayi. Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
g.  Menganjurkan pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
           Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan tentang manfaat ASI eksklusif ibu berusaha untuk memberikan ASI secara eksklusif.
           Alasan ASI diberikan ASI sampai 6 bulan yaitu komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan, bayi saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya sudah matur, jaringan usus bayi sehingga kemungkinan kuman/protein dapat langsung masuk sistem peredaran darah yang menimbulkan alergi, pori – pori tersebut tertutusp saat bayi berumur 6 bulan.
h.  Penatalaksanaan pemberian obat.
           Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan tentang manfaat pemberian obat ibu mau minum dan mau menghabiskan obat yang telah diberikan.
         Analgesia oral seperti parasetamol dapat diberikan setiap 4- 6 jam untuk mengurangi rasa nyeri.
E.   Evaluasi
               Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil dan proses asuhan kebidanan yang diterapkan. Hasil evaluasi pada Ny “A” yaitu post partum hari kedua berlangsung normal, pasien mampu beradaptasi dengan nyeri, tidak terjadi infeksi.