BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab
ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka
dengan studi kasus pada proses pelaksanaan asuhan kebidanan Ny.”A” post
seksio sesarea dengan nyeri luka bekas operasi di RSKDIA Pertiwi Makassar.
Pembahasan ini dibuat berdasarkan tinjauan pustaka dan
asuhan nyata dengan pendekatan proses asuhan kebidanan yang dibagi lima langkah
yaitu :
A.
Pengkajian
Dalam tinjauan pustaka
dibahas bahwa trauma perineum adalah luka pada perineum yang
sering terjadi pada saat proses persalinan. Association
for the study of pain menyatakan nyeri merupakan pengalaman emosional dan
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara
aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan.
Hasil
anamnese Ny “ A “ data yang
didapatkan yaitu ibu mengeluh nyeri pada daerah perut. Pada pemeriksaan fisik terdapat verban pada perut.
Berdasarkan
uraian di atas gejala dan keluhan antara teori dan kasus sama. Penulis tidak
mendapatkan hambatan yang berarti karena pada saat pengumpulan data baik dari
pihak pasien, keluarga, bidan bersedia untuk memberikan informasi ataupun data
yang diperlukan yang ada hubungannya dengan kondisi pasien.
B. Perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan
Dari hasil
pengkajian ditemukan data fokus yaitu ibu melahirkan tanggal 11mei 2014 pukul 22.00 wita,
melahirkan melalui Sectio sesaria. Nyeri dirasakan setelah opersai.
Berdasarkan
data tersebut maka dapat ditegakkan diagnosa post SC hari kedua dengan nyeri luka bekas operasi dan berpotensial terjadi infeksi.
1. Nifas hari kedua
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono
2010 ;356).
2. Nyeri luka bekas operasi
Adanya
luka
pada perut tentu saja dapat menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama
beberapa hari setelah
operasi. Suatu
sensori yang tidak menyenangkan dari suatu pengalaman emosional yang disertai
kerusakan secara aktual / potensial (medical surgical nursing)
C.
Rencana asuhan
Rencana
tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, melibatkan
klien dan atau keluarga, mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya
klien/keluarga, memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan
memastikan bahwa asuhan yang diberikan untuk klien, mempertimbangkan kebijakan
yang berlaku sumber daya serta fasilitas yang ada.
Pada
kasus ini tidak ditemukan kesenjangan penanganan antara teori dan rencana
asuhan yang diberikan pada Ny “A”. Berikut adalah rencana asuhan pada Ny “A” ;
a. Observasi
TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran lochea, dan keadaan luka
jahitan pada perineum setiap 8 jam.
1)
Tanda- tanda vital merupakan tanda-tanda
penting pada tubuh yang dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau masalah.
2)
Involusi
uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Idealnya TFU dan kontaksi uterus diperiksa setiap hari.
3)
Memasuki
masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6 – 8 jam pertama. Pengeluaran
sangat mempengaruhi proses involusio dan kontraksi uterus.
4)
Akibat involusi
uteri, lapisan luar decidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik.
Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan
lochia. Pengeluaran lochia dapat dibagi menjadi lochia rubra, sanguilenta, serosa dan alba.
b. Jelaskan
pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan.
Nyeri terjadi akibat adanya luka pada perut yang terjadi saat operasi.
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini.
Tujuan dari ambulasi ini adalah untuk membantu menguatkan
otot – otot perut dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik,
mengencangkan otot dasar panggul sehingga memperbaiki sirkulasi darah ke
seluruh tubuh.
d. Anjurkan pada ibu istirahat cukup.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
seperti mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusio uteri, menyebabkan
depresi dan tidakkemampuan merawat bayi dan dirinya sendiri.
e. Anjurkan
ibu untuk mengganti pembalut sesering mungkin.
Mengganti pembalut setiap selesai membersihkan vagina agar
mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak ikut terbawa ke vagina
yang baru dibersihkan.
f. Lakukan dan ajarkan ibu cara perawatan
payudara.
Bidan dapat mengajarkan kepada ibu bagaimana cara merawat
payudara dan perawatan tersebut dan dapat dilakukan oleh ibu sendiri. Ibu dapat
melakukan perawatan payudara selama menyusui dengan cara sebagai berikut :
a)
Ibu
dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan.
b)
Untuk
mencagah lecat dan retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum
memakai pakaian.
c)
Jika
ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap
memberikan ASI.
g. Ajarkan
ibu teknik menyusui yang benar
dan anjurkan untuk menyusui sesering mungkin.
Teknik menyusui juga penting karena keberhasilan pemberian
ASI juga tergantung cara menyusuinya. Jika ibu menyusui posisi yang benar
dengan cara bayi menghadap ke perut ibu, telinga bayi berada satu garis denan
lengan, menyentuh bibir bayi dengan tangan/puting, agar mulut bayi terbuka,
arahkan mulut bayi ke puting, masukkan puting
ke mulut bayi. Pemberian ASI
sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
h. Anjurkan
pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan
tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, termasuk air, sampai bayi berumur 6
bulan. Alasan ASI diberikan ASI sampai 6 bulan yaitu komposisi ASI cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan, bayi saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya
sudah matur, jaringan usus bayi sehingga kemungkinan kuman/protein dapat
langsung masuk sistem peredaran darah yang menimbulkan alergi, pori – pori
tersebut tertutup saat bayi berumur 6 bulan.
i. Penatalaksanaan
pemberian obat.
Analgesia oral seperti parasetamol dapat
diberikan setiap 4- 6 jam (janet M dkk 2012; 455)
D.
Implementasi
Pada
tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “A” penulis melaksanakan sesuai rencana dan tidak menemukan
permasalahn yang berarti, tindakan yang sudah berorientasi pada kebutuhan
pasien sehingga sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini juga sangat
ditunjang oleh penerimaan pasien yang sangat baik. Asuhan yang diberikan adalah
:
a. Mengobservasi TTV,
TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, pengeluaran lochea dan luka jahitan
perineum.
Pada kasus
Ny “A” didapat data pada saat pemeriksaan yaitu Tekanan
Darah 110/70 mmHg, Nadi
: 82 x/menit
, Pernapasan :20 x/menit, Suhu : 37,2ÂșC, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus bulat dan keras, kandung kemih kosong
( BAK 1 kali) , pengeluaran lochea rubra, luka tertutup verban.
Dalam
tinjauan pustaka dibahas bahwa pasca melahirkan pada kasus
normal, tekanan darah biasanya tidak berubah, frekuensi pernafasan normal berkisar antara
18- 24 kali
permenit, denyut
nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat, 24
jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 – 38 ˚ C) sebagai akibat
kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.
Segera
setelah persalinan, tinggi fundus uteri
2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun
kira-kira 1 cm setiap hari.
Pengeluaran lochea rubra berlangsung hingga hari ketiga masa nifas cairan yang
keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo, dan mekonium.
Ibu
diharapkan untuk berkemih dalam 6 – 8 jam pertama. Pengeluaran sangat
mempengaruhi proses involusio dan kontraksi uterus.
b. Menjelaskan
pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan adalah hal fisiologis pada masa nifas dengan luka bekas opersi.
Pada kasus
Ny “A” setelah dijelaskan ibu mampu beradaptasi dengan nyeri.
c. Menganjurkan ibu melakukan mobilisasi dini.
Pada kasus
Ny “A” setelah dijelaskan mengenai mobilisasi ibu sudh
mengerti dan berusaha melakukan aktivitas secara bertahap.
Dalam tinjaun pustaka dibahas ambulasi bermanfaat untuk
membantu menguatkan otot – otot perut dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh
yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga memperbaiki sirkulasi
darah ke seluruh tubuh.
d. Menganjurkan
ibu istirahat cukup.
Pada kasus
Ny “A” setelah dijelaskan mengenai istirahat ibu mengerti dan
beristirahat jika bayi tidur dan tidak rewel.
Dalam
tinjauan pustaka dibahas bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal seperti mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusio
uteri, menyebabkan depresi dan tidakkemampuan merawat bayi dan dirinya sendiri.
e. Menganjurkan ibu mengganti pembalut
setiap kali basah;
Pada
kasus Ny “A” setelah
dijelaskan mengenai kebersihan diri/perineum dan anjuran mengganti pembalut
sesering mungkin ibu mengerti dan mau melakukan apa yang disarankan.
Dalam
tinjauan pustaka dibahas bahwa mengganti pembalut sesering mungkin agar
mikroorganisme yang ada pada pembalut tersebut tidak ikut terbawa ke vagina
yang baru dibersihkan
f. Mengajarkan
ibu teknik menyusui yang benar dan menganjurkan untuk menyusui
sesering mungkin.
Pada kasus Ny “A” setelah dijelaskan mengenai teknik menyusui yang benar
ibu mengerti dan sedikit mampu melakukan kembali.
Dalam tinjauan pustaka dibahas bahwa teknik menyusui penting karena keberhasilan pemberian ASI juga
tergantung cara menyusuinya. Jika ibu menyusui posisi yang benar dengan cara
bayi menghadap ke perut ibu, telinga bayi berada satu garis denan lengan,
menyentuh bibir bayi dengan tangan/puting, agar mulut bayi terbuka, arahkan
mulut bayi ke puting, masukkan puting ke
mulut bayi. Pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal
g. Menganjurkan
pada ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Pada
kasus Ny “A” setelah
dijelaskan tentang manfaat ASI eksklusif ibu berusaha untuk memberikan ASI
secara eksklusif.
Alasan
ASI diberikan ASI sampai 6 bulan yaitu komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan
dan perkembangan, bayi saat berumur 6 bulan sistem pencernaannya sudah matur,
jaringan usus bayi sehingga kemungkinan kuman/protein dapat langsung masuk
sistem peredaran darah yang menimbulkan alergi, pori – pori tersebut tertutusp
saat bayi berumur 6 bulan.
h. Penatalaksanaan
pemberian obat.
Pada
kasus Ny “A” setelah dijelaskan
tentang manfaat pemberian obat ibu mau minum dan mau menghabiskan obat yang
telah diberikan.
Analgesia
oral seperti parasetamol dapat diberikan setiap 4- 6 jam untuk mengurangi rasa nyeri.
E.
Evaluasi
Pada
tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil dan proses asuhan kebidanan yang
diterapkan. Hasil evaluasi pada Ny “A” yaitu post partum hari kedua berlangsung normal, pasien mampu beradaptasi dengan
nyeri, tidak terjadi infeksi.